Taman Siswa Dan Konsep-Konsepnya
A. RIWAYAT
A1. “Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan
di negeri yang kita sendiri telah merampas kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan
pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh
si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu.
Pikiran untuk menyelenggaraan perayaan itu saja sudah menghina mereka, sekarang
kita garuk pula kantongnya. Ayo teruskan penghinaan lahir dan batin itu!”
(Soewardi Soerjaningrat, “Als Ik Eens Nederlander Was”, De Express, 1913).
A2. Sebelum terjun ke dunia pendidikan, Ki
Hadjar Dewantara terkenal sebagai wartawan, penulis, politisi, dan budayawan.
Ia sempat bekerja di Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem
Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara (1908 dst), aktif di Boedi Oetomo (1908 dst),
Indische Partij (1912 dst), Sarasehan Malem Slasa Kliwon (1919 dst). Pada tahun
1913 bahkan pernah “diinternir” ke Belanda, dan dimanfaatkan untuk menimba ilmu
baik secara formal maupun nonformal. Ia mendapatkan Europeesche
Akte.
A3. Sepulang dari Belanda tahun 1919, Ki
Hadjar bersama teman-teman menyelenggarakan sarasehan di halaman rumahnya
(sekarang Pendopo Taman siswa), dikenal dengan Sarasehan Malem Slasa Kliwonan.
Dari forum ini muncul gagasan pendidikan; selanjutnya Ki Hadjar ditunjuk
menangani pendidikan anak dan kaum muda, sedangkan Ki Ageng Suryomentaram
ditunjuk menangani pendidikan kaum dewasa.
• Dipresentasi dalam Seminar
Nasional Kontribusi Taman siswa dan INS Kayutanam
dalam membangun Karakter bangsa Masa Lalu,
Masa Kini, danMasa Depan
Jakarta: Depdiknas, Hotel Sahid, Ballroom Lt
2, 24 Agustus 2006
A4. Tepat pada tanggal 3 Juli 1922 bersama
Soetatmo Soerjokoesoemo, Pronowidigdo, Soejopoetro, dkk, Ki Hadjar
memproklamasi berdirinya Nationaal Onderwijs Instituut Taman siswa atau
Perguruan Nasional Taman siswa di Yogyakarta. Dari sini berkembanglah kemudian
aneka satuan pendidikan di Taman siswa; Taman Indriya (TK), Taman Muda (SD),
Taman Dewasa (SMP), Taman Madya (SMA), Taman Karya Madya (SMK), Taman Guru
(SPG), dan Sarjanawiyata (PT).
A5. Pada tahun 1932 pemerintah
kolonial Belanda melarang dijalankannya sekolah boemi putra karena dianggap
berbahaya bagi eksistensi rezim kolonial. Belanda mengeluarkan kebijakanOnderwijs
Ordonnantie (OO) atau Wilden Schoolen Ordonnantie (ordonansi
sekolah liar), karena sekolah pribumi dianggap sekolah liar. Kebijakan ini
dilawan oleh Taman siswa dan Ki Hadjar dengan melontarkan jurus “gerakan
diam” (lijdelijk verzet). Karena aksi Taman siswa mendapat dukungan
rakyat maka kebijakan OO pun akhirnya tumbang.
B. KONSEP PENDIDIKAN
B1. Taman siswa adalah badan perjuangan
kebudayaan dan pembangunan masyarakat yang menggunakan pendidikan dalam arti
luas untuk mencapai cita-citanya. Bagi Taman siswa, pendidikan bukanlah tujuan
tetapi media untuk mencapai tujuan perjuangan, yaitu mewujudkan manusia
Indonesia yang merdeka lahir dan batinnya. Merdeka lahiriah artinya tidak
dijajah secara fisik, ekonomi, politik, dsb; sedangkan merdeka secara batiniah
adalah mampu mengendalikan keadaan.
B2. Taman siswa anti intelektualisme; artinya
siapa pun tidak boleh hanya mengagungkan kecerdasan dengan mengabaikan
faktor-faktor lainnya. Taman siswa mengajarkan azas keseimbangan(balancing),
yaitu antara intelektualitas di satu sisi dan personalitas di sisi yang lain.
Maksudnya agar setiap anak didik itu berkembang kecerdasan dan kepribadiannya
secara seimbang.
B3. Pendidikan Taman siswa berciri
khas Pancadarma, yaitu Kodrat Alam (memperhatikansunatullah),
Kebudayaan (menerapkan teori Trikon), Kemerdekaan (memperhatikan potensi dan
minat maing-masing indi-vidu dan kelompok), Kebangsaan (berorientasi pada
keutuhan bangsa dengan berbagai ragam suku), dan Kemanusiaan (menjunjung harkat
dan martabat setiap orang).
B4. Tujuan pendidikan Taman siswa adalah
membangun anak didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, merdeka lahir batin, luhur akal budinya, cerdas dan berketerampilan,
serta sehat jasmani dan rohaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang mandiri
dan bertanggung jawab atas kesejahteraan bangsa, tanah air, serta manusia pada
umumnya. Meskipun dengan susunan kalimat yang berbeda namun tujuan pendidikan Taman
siswa ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional.
B5. Kalau di Barat ada “Teori Domein” yang
diciptakan oleh Benjamin S. Bloom yang terdiri dari kognitif, afektif dan
psikomotorik maka di Taman siswa ada “Konsep Tringa” yang terdiri daringerti (mengeta-hui), ngrasa (memahami)
dan nglakoni (melakukan). Maknanya ialah, tujuan
belajar itu pada dasarnya ialah meningkatkan pengetahuan anak didik tentang apa
yang dipelajarinya, mengasah rasa untuk meningkat-kan pemahaman tentang apa
yang diketahuinya, serta meningkatkan kemampuan untuk melaksanakan apa yang
dipelajarinya.
B6. Pendidikan Taman siswa dilaksanakan
berdasar Sistem Among, yaitu suatu sistem pendidikan yang berjiwa kekeluargaan
dan bersendikan kodrat alam dan kemerdekaan. Dalam sistem ini setiap pendidik
harus meluangkan waktu sebanyak 24 jam setiap harinya untuk memberikan
pelayanan kepada anak didik sebagaimana orang tua yang memberikan pelayanan
kepada anaknya.
B7. Sistem Among tersebut berdasarkan cara
berlakunya disebut Sistem Tutwuri Handayani. Dalam sistem ini orientasi
pendidikan adalah pada anak didik, yang dalam terminologi baru disebutstudent
centered. Di dalam sistem ini pelaksanaan pendidikan lebih didasarkan
pada minat dan potensi apa yang perlu dikembangkan pada anak didik, bukan pada
minat dan kemampuan apa yang dimiliki oleh pendidik. Apabila minat anak didik
ternyata akan ke luar “rel” atau pengembangan potensi anak didik di jalan yang
salah maka pendidik berhak untuk meluruskannya.
B8. Untuk mencapai tujuan pendidikannya, Taman
siswa menyelanggarakan kerja sama yang selaras antartiga pusat pendidikan yaitu
lingkungan keluarga, lingkungan perguruan, dan lingkungan masyarakat. Pusat
pendidikan yang satu dengan yang lain hendaknya saling berkoordinasi dan saling
mengisi kekurangan yang ada. Penerapan sistem pendidikan seperti ini yang
dinamakan Sistem Trisentra Pendidikan atau Sistem Tripusat Pendidikan.
C. Dinding
pedoman Taman siswa
Ki Hajar Dewantara juga pernah melontarkan
konsep belajar 3 dinding. Yang dimaksud belajar dengan 3 dinding bukanlah
belajar dikelas dengan jumlah dinding 3 buah ( salah satu dari 4 sisi dinding
tidak ada ), tetapi konsep tersebut mencerminkan tidak ada batas atau jarak
antara di dalam kelas dengan realita di luar. Belajar bukan sekedar teori dan
praktek disekolah, tetapi juga belajar menghadapi realitas dunia. Sekolah dan
Dunia menurut konsep ini berarti tidak terpisah. Dengan itu diharapkan para
guru mengajarkan ilmu teori serta praktek di dunia dan juga kepada siswa jika
tidak sungkan-sungkan menanyakan apa saja hal yang tidak diketahuinya tentang
dunia kepada guru mereka masing-masing. Tujuan dari konsep ini, agar para
lulusan sekolah dapat mampu hidup dan bisa berbuat banyak setelah lulus dari
sekolah.
D. Ungkapan Ki Hadjar Dewantara
“Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak
akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang kita sendiri telah
merampas kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil,
tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk
dana perayaan itu. Pikiran untuk menyelenggaraan perayaan itu saja sudah
menghina mereka, sekarang kita garuk pula kantongnya. Ayo teruskan penghinaan
lahir dan batin itu!”
(Soewardi Soerjaningrat, “Als Ik Eens
Nederlander Was”, De Express, 1913)
• Ajaran
Kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara
Ing Ngarso Sung Tulodho artinya Ing ngarso itu didepan / dimuka, Sun
berasal dari kata Ingsun yang artinya saya, Tulodo berarti tauladan. Jadi makna
Ing Ngarso Sun Tulodo adalah menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan
suri tauladan bagi orang - orang disekitarnya. Sehingga yang harus dipegang
teguh oleh seseorang adalah kata suri tauladan.
Ing Madyo Mangun Karso, Ing Madyo artinya di tengah-tengah, Mangun berarti
membangkitan atau menggugah dan Karso diartikan sebagai bentuk kemauan atau
niat. Jadi makna dari kata itu adalah seseorang ditengah kesibukannya harus
juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat . Karena itu seseorang juga
harus mampu memberikan inovasi-inovasi dilingkungannya dengan menciptakan
suasana yang lebih kodusif untuk keamanan dan kenyamanan.
Demikian pula dengan kata Tut Wuri
Handayani, Tut Wuri artinya mengikuti dari belakang dan handayani
berati memberikan dorongan moral atau dorongan semangat. Sehingga artinya Tut
Wuri Handayani ialah seseorang harus memberikan dorongan moral dan semangat
kerja dari belakang. Dorongan moral ini sangat dibutuhkan oleh orang - orang
disekitar kita menumbuhkan motivasi dan semangat.
Jadi secara tersirat Ing Ngarso Sun Tulodo,
Ing Madyo Mbangun Karso, Tut Wuri Handayani berarti figur seseorang yang baik
adalah disamping menjadi suri tauladan atau panutan, tetapi juga harus mampu
menggugah semangat dan memberikan dorongan moral dari belakang agar orang -
orang disekitarnya dapat merasa situasi yang baik dan bersahabat . Sehingga
kita dapat menjadi manusia yang bermanfaat di masyarakat.
BangsaBapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar
Dewantara Indonesia sudah mewarisi sikap luhur pahlawan sejati dan perlu
meneruskan buah pemikiran Ki Hadjar Dewantara, tentang tujuan pendidikan
nasional yakni memajukan kualitas semua komponen anak bangsa secara
keseluruhan. Arah tujuan hakiki bagi kemanusiaan, tanpa membeda-bedakan
asal-usul, agama, etnis, suku, budaya, adat, kebiasaan, status ekonomi, status
sosial, dan sebagainya. Konsep pendidikan terpadu yang harus didasarkan kepada
nilai-nilai kemerdekaan yang asasi.
E. Ciri khas Taman siswa
• KODRAT
ALAM (Ciri khas 1 Taman siswa) :
Sebagai perwujudan kekuasaan Tuhan YME
mengandung arti bahwa hakekat umat manusia adalah menyatu dengan alam semesta
dan tidak dapat lepas dari hukum kodrat alam. Manusia akan bahagia bila
menyelaraskan diri dengan kodrat alam yang mengandung segala hukum kemajuan.
Hari berganti minggu, berganti bulan,
berganti tahun selalu bertambah dan tidak pernah mundur ataupun berhenti,
itulah kodrat alam kuasa Illahi. Budaya manusia selalu mengalami kemajuan dan
interaksi antar bangsa tak terelakkan sesuai hukum kodrat alam. Demikianlah Ki
Hadjar Dewantara (KHD) memberi pedoman olah budaya bangsa dengan TRIKON
(Kontinyu, Konvergen, Konsentris):
• KONTINYU
: Mengolah budaya bangsa secara berkesi nambungan dari masa lalu, masa kini dan
masa datang. Dari generasi ke generasi menjalin rangkaian kemajuan budaya
bangsa terus menerus tiada terputus.
• KONVERGEN
: Tidak menutup diri dengan perkem bangan kebudayaan dunia. Dengan adaptif
memilah dan memilih budaya universal yang bermanfaat bagi memperkaya
perkembangan budaya bangsa sendiri.
• KONSENTRIS
: Dalam mengarungi dan menyatu dengan arus budaya universal, berpegang teguh
kepada budaya sendiri memperkuat kepribadian nasional. Bangsa yang besar selalu
mempunyai ciri karakter budaya bangsanya.
II. KEMERDEKAAN (Ciri
khas 2 Taman siswa) :
Kemerdekaan mengandung arti sebagai karunia
Tuhan YME kepada manusia dengan memberikan hak untuk mengatur dirinya sendiri
(zelfbeschikkingsrecht) dengan mengingati syarat tertib damainya (orde en vrede)
hidup bermasyarakat. Karena itu kemerdekaan diri harus diartikan sebagai
swadisiplin atas dasar nilai luhur, hak hidup sebagai individu maupun sebagai
anggota masyarakat. Kemerdekaan harus menjadi dasar untuk pengembangan pribadi
yang kuat dan sadar dalam suasana keseimbangan dan keselarasan pribadi yang
kuat dan sadar dalam kehidupan bermasyarakat.
F. Tujuan Taman siswa
Tujuan pendidikan Perguruan Taman siswa
adalah membangun peserta didik menjadi manusia yang merdeka lahir-batin dan
tenaganya, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berbudi pekerti luhur,
berakhlak mulia, cerdas dan terampil hidup, sehat jasmani rohani, menjadi
anggota masyarakat yang mandiri dan bertanggung jawab atas kesejahteraan
bangsa, tanah air dan umat manusia pada umumnya.
G. Sistem Among
Among artinya mengemban, membina dengan
keikhlasan hati tanpa pamrih. Pendidikan Perguruan Taman siswa dilaksanakan
menurut Sistem Among yaitu suatu system pendidikan yang berjiwa kekeluargaan :
- Membina jiwa merdeka lahir batin dan
tenaganya, melarang hukuman dengan paksaan, berazas kekeluargaan dalam proses
belajar mengajar.
- Tut wuri handayani, membina dari
belakang agar anak proaktif, percaya diri. Pamong memberi pembinaan dan koreksi
bila diperlukan.
- Kodrat Dolanan Anak (kinder spellen)
sebagai embrio jiwa merdeka sang anak. Motif dolanan diaplikasikan dalam KBM
lebih kondusif mengurangi ketegangan.
- Mempertajam panca indera, menambah
ketrampilan/psikomotorik
- Mengenal potensi diri, menambah PD,
PBM menggembirakan
- Mengembangkan perilaku dan lisan yang
posisif sesuai adat Timur.
- Mengembangkan kodrat talenta khas
pribadi sang anak.
- Berkembangnya jiwa merdeka lahir batin
dan tenaga sang anak. Membentuk karakter anak sesuai dengan kepribadian bangsa
Indonesia.
Sumber :
http://www.Taman
siswa.org/component/content/article/1-artikel/48-implementasi-pendidikan-karakter-melalui-kearifan-lokal-di-perguruan-Taman
siswa.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_Taman_Siswa
yogyakarta/universitas-sarjanawiyata-Taman
siswa-ust
http://www.jugaguru.com/article/49/tahun/2007/bulan/07/tanggal/30/id/558/
Labels:
pendidikan
Thanks for reading TAMAN SISWA DAN KONSEP-KONSEPNYA. Please share...!
0 Comment for "TAMAN SISWA DAN KONSEP-KONSEPNYA"