Inspiration for your life

Cari Blog Ini

SYARIAT , TOREKOT , HAKEKAT , MA’RIFAT

SYARIAT , TOREKOT , HAKEKAT , Ma’rifat

syariat Islam 
adalah ajaran Islam yang membicarakan amal manusia baik sebagai makluk ciptaan Allah maupun hamba Allah. Terkait dengan susunan tertib Syari'at, Al Quran Surat Al Ahzab ayat 36 mengajarkan bahwa sekiranya Allah dan RasulNya sudah memutuskan suatu perkara, maka umat Islam tidak diperkenankan mengambil ketentuan lain. 
Pengertian Syari’at bisa disebut syir’ah. Artinya secara bahasa adalah sumber air mengalir yang didatangi manusia atau binatang untuk minum.
Perkataan “syara’a fiil maa’i” artinya datang ke sumber air mengalir atau datang pada syari’ah. Kemudian kata tersebut digunakan untuk pengertian hukum-hukum Allah yang diturunkan untuk manusia.
Sedangkan arti Syari’at menurut istilah adalah “maa anzalahullahu li ‘ibaadihi minal ahkaami ‘alaa lisaani rusulihil kiraami liyukhrijan naasa min dayaajiirizh zhalaami ilan nuril bi idznihi wa yahdiyahum ilash shiraathil mustaqiimi.” Artinya, hukum-hukum (peraturan) yang diturunkan Allah swt. melalui rasul-rasulNya yang mulia, untuk manusia, agar mereka keluar dari kegelapan ke dalam terang, dan mendapatkan petunjuk ke jalan yang lurus.
Jika ditambah kata “Islam” di belakangnya, sehingga menjadi frase Syari’at Islam (asy-syari’atul islaamiyatu),berarti Syari’at Islam adalah hukum-hukum peraturan-peraturan yang diturunkan Allah swt. untuk umat manusia melalui Nabi Muhammad saw. baik berupa Al-Qur’an maupun Sunnah Nabi yang berwujud perkataan, perbuatan, dan ketetapan, atau pengesahan.
Oleh sebab itu secara implisit dapat dipahami bahwa jika terdapat suatu perkara yang Allah dan RasulNya belum menetapkan ketentuannya maka umat Islam dapat menentukan sendiri ketetapannya itu. Pemahaman makna ini didukung oleh ayat dalam Surat Al Maidah QS 5:101 yang menyatakan bahwa hal-hal yang tidak dijelaskan ketentuannya sudah dimaafkan Allah.

Tarekat

Kata Tarekat di ambil dari bahasa arab, yaitu dari kata benda thoriqoh yang secara etimologis berarti jalan, metode atau tata cara. Adapun tarekat dalam terminologis (pengertian) ulama sufi; yang dalam hal ini akan saya ambil definisi tarekat menurut Syekh Muhammad Amin al-Kurdi al-Irbili al-Syafi al-Naqsyabandi, dalam kitab Tanwir al- Qulub-nya adalah;
 
”Tarekat adalah beramal dengan syariat dengan mengambil/memilih yang azimah (berat) daripada yang rukhshoh (ringan); menjauhkan diri dari mengambil pendapat yang mudah pada amal ibadah yang tidak sebaiknya dipermudah; menjauhkan diri dari semua larangan syariat lahir dan batin; melaksanakan semua perintah Allah SWT semampunya; meninggalkan semua larangan-Nya baik yang haram, makruh atau mubah yang sia-sia; melaksanakan semua ibadah fardlu dan sunah; yang semuamnya ini di bawah arahan, naungan dan bimbingan seorang guru/syekh/mursyid yang arif yang telah mencapai maqamnya (layak menjadi seorang Syekh/Mursyid).”
 

Dari definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa tarekat adalah beramal dengan syariat Islam secara azimah (memilih yang berat walau ada yang ringan, seperti rokok ada yang berpendapat haram dan makruh, maka lebih memilih yang haram) dengan mengerjakan semua perintah baik yang wajib atau sunah; meninggalkan larangan baik yang haram atau makruh bahkan menjauhi hal-hal yang mubah (boleh secara syariat) yang sia-sia (tidak bernilai manfaat; minimal manfaat duniawiah) yang semuanya ini dengan bimbingan dari seorang mursyid/guru guna menunjukan jalan yang aman dan selamat untuk menuju Allah (ma’rifatullah)
 

maka posisi guru di sini adalah seperti seorang guide yang hafal jalan dan pernah melalui jalan itu sehingga jika kita dibimbingnya akan dipastikan kita tidak akan tersesat jalan dan sebaliknya jika kita berjalan sendiri dalam sebuah tujuan yang belum diketahui, maka kemungkinan besar kita akan tersesat apalagi jika kita tidak membawa peta petunjuk. Namun mursyid dalam tarekat tidak hanya membimbing secara lahiriah saja, tapi juga secara batiniah bahkan juga berfungsi sebagai mediasi antara seorang murid/salik dengan Rasulullah SAW dan Allah SWT.
 

Dengan bahasa yang lebih mudah, tarekat adalah sebuah kendaraan baik berupa bis, kapal laut atau pesawat terbang yang disopiri oleh seseorang yang telah punya izin mengemudi dan berpengalaman untuk membawa kendaraannya dengan beberapa penumpang di dalamnya untuk mencapai tujuan.
 

Tasawuf dapat dipraktekkan dalam setiap keadaaan di mana manusia menemukan dirinya, dalam kehidupan tradisional maupun modern. Tarekat adalah salah satu wujud nyata dari tasawuf. Ia lebih bercorak tuntunan hidup praktis sehari-hari daripada corak konseptual yang filosofis. Jika salah satu tujuan tasawuf adalah al-Wushul ila Allah SWT (sampai kepada Allah) dalam arti ma’rifat, maka tarekat adalah metode, cara atau jalan yang perlu ditempuh untuk mencapai tujuan tasawuf tersebut.
 

Tarekat berarti jalan seorang salik (pengikut tarekat) menuju Tuhan dengan cara menyucikan diri, atau perjalanan yana ditempuh oleh seseorang untuk mendekatkan diri sedekat mungkin kepada Tuhan. Orang yang bertarekat harus dibimbing oleh guru yang disebut mursyid (pembimbing) atau Syaikh. Syaikh atau mursyid inilah yang bertanggung jawab terhadap murid-muridnya dalam kehidupan lahiriah serta rohaniah dan pergaulan sehari-hari. Bahkan ia menjadi perantara (washilah) antara murid dan Tuhan dalam beribadah.
 

Karena itu, seorang Syaikh haruslah sempurna dalam ilmu syariat dan hakekat. Di samping itu, untuk (dapat) wenjadi guru, ustadz atau Syaikh diperlukan syarat- syarat tertentu yang mencerminkan sikap orang tua yang berpribadi akhlak karimah dan budi pekerti yang luhur.
 

أَلا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ .الَّذِينَ آمَنُوا ...

HAKEKAT
hakikat Islam baru dapat merasuk ke dalam diri sesoarang apabila wajudnya diwakafkan untuk Allah taala dan untuk jalan-Nya. Dan amanat-amanat yang dia terima dari Allah taala, dia serahkan kembali kepada Sang Penganugerah Sejati itu. Dan tidak hanya secara akidah saja , melainkan secara amalanpun dia memperlihatkan seluruh bentuk Islamnya serta hakikat sempurna Islam tersebut.
Secara istilah arti Islam adalah apa yang disyaratkan oleh ayat suci ini, yakni:
"Bala man aslama wajhahu lillahi wa hua muhsinun, falahu ajruhu 'inda robbihi wala khoufun 'alihim wala hum yahzanuun"
yakni, muslim adalah dia yang menyerahkan segenap wujudnya di jalan Allah taala. Yakni mewakafkan wujudnya untuk Allah taala. dan untuk mengikuti kehendak-kehendakNya, serta untuk meraih keridhaan_Nya. Kemudian dia berdiri teguh diatas perbuatan-perbuatan baik demi Allah taala. Dan dia menyerahkan segenap kekuatan amaliah wujudnya di jalan Allah. Artinya, secara akidah dan secara amalan, dia telah menjadi milik Allah taala semata.
Secara akidah adalah demikian, yakni dia memahami segenap wujudnya secara hakikat sebagai sesuatu yang telah diciptakan untuk mengenali Allah taala, untuk mentaati-Nya, dan untuk meraih kecintaaan serta keridhaan-Nya. Sedangkan secara amalan adalah demikian, yakni murni demi Allah dia melakukan kebaikan-kebaikan hakiki yang berkaitan dengan segenap kemampuannya dan yang berhubungan dengan segenap karunia anugerah Allah. Namun dengan penghayatan dan pendalaman sedemikian rupa seolah-olah pada pandangan keitaaannya dia sedang menyaksikan wajah Sang Ma'bud haqiqi itu.
Sekarang dengan menelaah ayat-ayat tersebut diatas, setiap orang berakal dapat memahami bahwa hakikat Islam baru dapat merasuk ke dalam diri sesoarang apabila wajudnya diwakafkan untuk Allah taala dan untuk jalan-Nya. Dan amanat-amanat yang dia terima dari Allah taala, dia serahkan kembali kepada Sang Penganugerah Sejati itu. Dan tidak hanya secara akidah saja, melainkan secara amalanpun dia memperlihatkan seluruh bentuk Islamnya serta hakikat sempurna Islam tersebut. Yakni seorang yang mengaku Islam membuktikan bahwa tanganya, kaki, kalbu, otak, akalnya, pemahamannya, kemarahannya, rasa kasihnya, kelembutan hatinya, ilmunya, segenap kekuatan rohani dan jasmani yang ia miliki, kehormatannya, hartanya, ketentraman dan kebahagiaanya dan apa saja yang ada secara zahir maupun batin mulai dari rambut-rambut di kepalanya hingga ke kuku-kuku kakinya , bahkan sampai niat-niatnya, partikel partikel kalbunya, dorongan nafsunya, kesemuanya itu telah mengikuti Allah taala sedemikian rupa sebagaimana anggota anggota tubuh yang dimiliki seseorang taat mengikuti orang itu. Ringkasnya hal itu harus terbukti bahwa langkah kebenaran itu telah mencapai suatu derajat dimana saja yang dia punyai sudah tidak lagi menjadi miliknya, melainkan telah menjadi milik Allah taala. Dan segenap bagan tubuh serta kemampuan, telah dikerahkakn untuk mengkhidmati ilahi, sekan-akan semua itu menjadi bagian tubuh Al haq.
Dan dengan menelaah ayat-ayat itu, hal inipun tampil dengan jelas dan nyata bahwa mewakafkan hidup di jalan Allah taala yang merupakan hakikat Islam ada dua macam,.
Pertama, menyatakan hanya Allah taala itulah zat yang disembah, dituju dan dicinta serta tidak menyekutukan apapun dalam penyembahan, kecintaaan, takut dan harapan terhadap-Nya. Dan hal-hal yan berkaitan dengan pengkudusan-Nya, pemujian terhdap-Nya, penyembahan-nya dan segenap tata krama penyembahan-Nya, hukum-hukum-Nya, periintah perintah dan larangan-larangan-nya serta hal-hal yang berkaitan dengan keputusan dan takdir samawi , kesemuanya itu diterima dengan sepenuh hati. Kemudian sepenuhnya menggali segenap kebenaran suci dan makrifat-makrfiat suci yang merupakan sarana untuk mengetahui qudrat-qudrat-Nya yag maha luas, dan yang merupakan perantara untuk mengetahui derajat tinggi permerintah dan kerajaan-Nya, serta yang merupakan suatu penuntun kokoh untuk mengenali kemurkaan-kemurkaan dan anugerah-anugerah-Nya.
Jenis kedua, mewakafkan hidup di jalan Allah taala adalah mewakafkan hidup dalam mengkhidmati, bersikap solider sependeritaan membantu mencarikan jalan, membantu memikul beban dan benar-benar merasakan kepedihan hamba-hamba-Nya. Menanggung penderitaan untuk memberikan ketentraman pada orang-orang lain, dan rela merasakan kepedihan atas diri sendiri demi kesejahteraan orang lain.
Dari pernyataaan ini diketahui bahwa hakikat Islam sangat mulia. Dan seorang manusia tidak pernah dapat secara hakiki menyandang sebutan mulia sebagai warga Islam selama dia belum menyerahkan kepada Allah seluruh wujudnya bersama segenap kemampuan, keinginan dan kehendaknya. Dan mencabut diri dari keakuannya (egosime) serta dari segenap hal yang berkaitan dengn itu, dan menjauhi jalan keakuan tersebut.


Labels: Agamis

Thanks for reading SYARIAT , TOREKOT , HAKEKAT , MA’RIFAT. Please share...!

0 Comment for "SYARIAT , TOREKOT , HAKEKAT , MA’RIFAT"

Back To Top