Potensi Manusia dan Implikasinya dalam Pendidikan
A. Latar Belakang
Allah telah melengkapi manusia dengan berbagai sarana dan prasarana untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya agar ia dapat menata kehidupan di muka bumi dengan
baik. Segala kelengkapan itu sebelumnya masih bersifat potensial, melalui
berbagai tahapan perkembangan. Setelah terlahir ke dunia, manusia akan sangat
bergantung kepada bantuan pihak lain dalam menggunakan dan mengembangkan
potensinya itu. Untuk mencapai tahap tertentu dalam perkembangannya, manusia
memerlukan upaya orang lain yang mampu dan rela memberikan bimbingan ke arah
kedewasaan, paling tidak bantuan dari sang ibu. Upaya itu dapat disebut sebagai
proses pendidikan. Karena itu dalam hal apapun manusia masih memerlukan
pendidikan. Potensi yang diberikan Allah
kepada manusia tidak akan berkembang dengan sendirinya secara sempurna tanpa
adanya bantuan dari pihak lain sekalipun potensi yang dimilikinya bersifat
aktif dan dinamis. Potensi kemanusiaan itu akan bergerak terus menerus sesuai
dengan pengaruh yang diperolehnya. Intensitas pengaruh tersebut sangat
bervariasi sesuai dengan kemauan dan kesempatan yang diperolehnya yang kemudian
menentukan pengalaman dan kedewasaan masing-masing.
B. Potensi Manusia dan
Implikasinya dalam Pendidikan
Dalam teori kependidikan, dikenal istilah teori tabularasa (John Locke) yang
memandang bahwa manusia dilahirkan laksana kertas putih bersih yang kemudian
sepenuhnya tergantung pada tulisan yang mengisinya, bahwa jiwa itu akan
dibentuk dan dikembangkan oleh lingkungannya. Selain itu dikenal juga dikenal
teori nativisme (Arthur Schopenhauer) yang menyatakan sebaliknya.
Namun bukan berarti anak
yang baru terlahir itu kosong sama sekali, karena secara fitrah, manusia adalah
makhluk yang terdiri dari jasmani dan rohani. Ada dua faktor yang mempengaruhi
perjalanannya manusia menuju insan kamil (manusia sempurna), yakni faktor
pembawaan dan faktor lingkungan. Kedua faktor ini saling berinteraksi sejak
manusia masih keadaan berupa embrio hingga akhir hidupnya. Jika dicermati
berbagai teori yang ada, maka yang lebih tepat adalah teori konvergensi
(William Stern) yakni perpaduan antara pembawaan dan lingkungan. Olehnya itu
manusia sering disebut makhluk yang dapat dididik dan mendidik atau makhluk
pendidikan.
Ajaran Islam yang
disampaikan oleh Nabi SAW, mengintroduksikan dirinya sebagai pemberi petunjuk
kepada jalan yang lurus. Petunjuk-petunjuk tersebut bertujuan memberikan
kesejahteraan dan kebahagiaan bagi manusia baik secara pribadi maupun kelompok.
Petunjuk-petunjuk yang disampaikan oleh Rasulullah tersebut, mengajar dan
menyucikan manusia.
Berkaitan dengan manusia
sebagai makhluk pendidikan, maka ia harus mengembangkan berbagai potensi yang
ada dalam dirinya, dan untuk itu ia perlu mengetahui asal kejadiannya, dari apa
ia diciptakan. Dalam hal ini al-Qur’an menyimpulkan dua asal kejadian manusia.
Pertama manusia dijadikan dari tanah yakni ketika Allah menciptakan Adam as.
Kedua, manusia dijadikan dari nuthfah yakni ketika Allah menciptakan bani Adam.
Hal ini dapat dilihat dalam firman-Nya yang artinya:
Yang membuat segala sesuatu
yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari
tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air
mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya roh
ciptaan-Nya dan Dia menjadikannya bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati;
tetapi kamu sedikit sekali bersyukur". (Q.S. Al-Sajadah : 7-9)
Dari ayat di atas
menunjukkan bahwa pada diri manusia terdapat dua unsur yang membentuk
kejadiannya, yakni jasmani dan rohani. Tubuh berasal dari material (tanah) maka
ia akan kembali kepada tanah setelah mati, sedang roh berasal dari immaterial
(Allah) maka ia juga akan kembali kepada Allah setelah manusia mati.
Dua unsur tersebut mempunyai kecendrungan berkembang. Pada unsur jasmani,
manusia cenderung berkembang dari kecil menjadi besar dan dari lemah menjadi
kuat kemudian lemah lagi. Pada unsur rohani dari apek berfikirnya, manusia ada
yang berkembang dari tidak tahu apa-apa menjadi tahu banyak hal, lalu kemudian
mati. Adapula yang berkembang dari tidak tahu kemudian menjadi tahu, lalu tidak
tahu lagi karena ketuaan atau pikun lalu mati, firman Allah yang artinya:
“Dan Allah mengeluarkan
kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia
memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati ….” (Q.S. Nahl : 78)
Agar unsur jasmani dan
rohani dapat berfungsi dengan baik dan produktif, maka perlu mendapat
bimbingan. Pendidikan jasmani manusia harus disempurnakan dengan pendidikan
rohani. Pengembangan daya-daya jasmani seseorang tanpa dilengkapi dengan
pengembangan daya rohani akan membuat hidupnya kehilangan keseimbangan. Orang
yang demikian akan menghadapi berbagai kesulitan di dunia, apalagi kalau
perbuatan tersebut membawa kepada perbuatan-perbuatan tidak baik dan kejahatan.
Ia akan membawa kerugian dan kerusakan bagi masyarakat. Selanjutnya ia akan
kehilangan hidup bahagia di akhirat dan akan menghadapi hidup kesengsaraan di
sana. Oleh karena itu amatlah penting supaya ruh yang ada dalam diri manusia
mendapat latihan, sebagaimana badan manusia memerlukan latihan.
Ibadah memberikan latihan
rohani yang diperlukan bagi manusia. Semua ibadah yang ada dalam Islam; shalat,
puasa, haji dan zakat, bertujuan membuat ruh manusia senantiasa ingat kepada
Tuhan, bahkan senantiasa dekat kepada-Nya. Kedekatan kepada Tuhan sebagai zat
yang Mahasuci dapat meningkatkan kesucian seseorang. Rasa kesucian yang kuat
akan dapat menjadi rem bagi hawa nafsu untuk melanggar nilai-nilai moral,
peraturan dan hukum yang berlaku dalam memenuhi keinginannya.
Oleh sebab itu pula dalam
pendidikan Islam, dua unsur dalam diri manusia jasmani dan ruhani yang
membentuk manusia dengan segala potensinya sama-sama mendapatkan perhatian,
unsur jasmani tidak lebih penting dari unsur ruhani, demikian pula sebaliknya
karena kedua unsur tersebut saling mempengaruhi.
C. Penutup
Manusia diciptakan oleh Allah dengan tujuan tertentu dan jelas sebagaimana
difirmankan oleh Allah kepada manusia yang belum sadar akan tujuan
penciptaan-Nya:
“Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami ciptakan kamu secara
main-main (saja) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami”
(Q.S.23;115). “Apakah manusia mengira bahwa ia akan dibiarkan begitu saja
(tanpa pertanggungjawaban) (QS.75:36).
Manusia diciptakan sebagai
khalifah dan sekaligus sebagai “abdullah”, dengan tujuan menata dan memakmurkan
kehidupan dunia sesuai dengan kemampuan pikirnya dan sekaligus sebagai hamba
Allah yang senantiasa menjalankan kewajiban yang diamanahkan kepadanya.
Kepustakaan:
Al-Jamali, Muhammad Fadhil, 1995. Filsafat Pendidikan dalam Al-Qur’an.
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar
Nasution, Harun. 1985. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid
I. Jakarta: UI-Press
Shihab,M. Quraish. 1999. Membumikan al-Qur’an, Fungsi dan
Peran Wahyu dalam Kehidupan Bermasyarakat. Bandung: Mizan
Syahidin. 1999. Metode Pendidikan Qur’ani. Jakarta: CV. Misaka
Galiza
Labels:
pendidikan
Thanks for reading Potensi Manusia dan Implikasinya dalam Pendidikan. Please share...!
1 Comment for "Potensi Manusia dan Implikasinya dalam Pendidikan"
Sbobet Poker - Best & Top 10 Online Casinos in the World
Sbobet Poker was established in the 90s. For many years, the online gambling market has been dominated by the ever-growing online casino market Spam Detected! Link aktif otomatis terhapus!!!